PIALADUNIA.NET – Start AC Milan bersama Paulo Fonseca terhitung lelet karena menghasilkan rekor terburuk dalam lima tahun terakhir.
Penampilan AC Milan awal musim ini ibarat grafik parabola.
Armada Paulo Fonseca memulai kampanye dengan kegagalan menang dalam tiga partai beruntun.
Mereka ditahan Torino 2-2, di tekuk Parma 1-2, dan bermain imbang dengan Lazio 2-2.
Setelah itu grafik performanya naik signifikan.
Milan meraih tiga kemenangan beruntun di Liga Italia dengan di selingi satu kekalahan di Liga Champions.
Rincian hasil dalam periode puncak ini adalah menggilas Venezia 4-0, di pukul Liverpool 1-3, tapi kemudian bangkit dengan kemenangan solid atas Inter 2-1 dan Lecce 3-0.
Memasuki Oktober, kurva kembali menukik.
Setelah di kalahkan Leverkusen 0-1, AC Milan menyerah 1-2 di markas Fiorentina pada laga pekan ketujuh Serie A, Minggu (6/10/2024).
Terlepas dari faktor ketidakberuntungan maupun kehebatan kiper David de Gea mementahkan dua tendangan penalti, penampilan awak Milan sendiri tidak banyak menolong.
Rafael Leao dkk masih saja mencari-cari titik konsistensi dari penampilan mereka untuk dipadukan dengan racikan strategi yang mapan dari Fonseca.
Performa fluktuatif ini menghasilkan sebuah catatan negatif.
Dengan raihan hanya 11 poin dari 7 pertandingan awal, Fonseca membawa klub merasakan start terburuk di Serie A dalam lima tahun terakhir.
Kalau patokannya 7 partai perdana, koleksi angka Milan sekarang terendah sejak musim 2019-2020.
Sebagai komparasi, pada awal musim lalu di mana Rossoneri menyudahi kompetisi tanpa satu pun gelar, Stefano Pioli membawa Leao dkk meraih 18 poin dari jumlah laga yang sama.
Mundur lagi ke 2022-2023, Milan meraup 14 angka dari 7 partai perdana, lalu 19 (2021-2022) dan 17 poin (2020-2021) pada dua periode sebelumnya.
Adapun start terburuk sebelumnya mereka alami ketika hanya mengemas 9 poin pada awal musim 2019-2020.
Milan masih di tangani Marco Giampaolo, sosok pelatih anyar yang menggantikan peran Gennaro Gattuso.
Giampaolo, yang kala itu baru kelar menukangi Sampdoria, kerap menyandang predikat salah satu pelatih terburuk dalam sejarah I Diavolo.
Ia membawa Milan mencatatkan rekor start paling jelek dalam delapan dekade di Serie A.
Kariernya pun berakhir prematur karena manajemen langsung memecatnya setelah menjalani 7 pertandingan saja.
AC Milan mencaplok 9 poin dari hasil 3 kemenangan dan 4 kali kalah selama periode singkat Giampaolo, antara 25 Agustus-5 Oktober 2019.
Rentetan laga tersebut adalah melawan Udinese (0-1), Brescia (1-0), Verona (1-0), Inter (0-2), Torino (1-2), Fiorentina (1-3), dan Genoa (2-1).
Tepat ketika kompetisi sudah berjalan 7 pekan dan memasuki jeda internasional, klub memecat Giampaolo pada 8 Oktober 2019.
Sebagai ganti, Milan melantik Stefano Pioli sehari kemudian, sosok yang kemudian memberikan scudetto 2021-2022.
Performa fluktuatif semacam ini sebenarnya ibarat sebuah pola yang kerap terjadi dalam masa kepelatihan Paulo Fonseca.
AC Milan sudah di wanti-wanti agar siap menerima risiko melantik pria Portugal yang pernah menukangi AS Roma tersebut.
Syukur-syukur bagi Rossoneri, start lelet ini tidak berkelanjutan sampai pekan-pekan mendatang.
“Pelatih seperti Fonseca biasanya bertahan 6 bulan, paling lama satu setengah tahun, dia tidak memenuhi targetnya,” ucap pandit sepak bola Italia, Michele Criscitiello.
“Ada pelatih yang hanya melatih pemain, kemudian ada pula pelatih juara.”
“Jika Milan percaya kepada Fonseca, mereka tak bisa mempertanyakan posisinya sampai laga derbi yang lalu.”
“Kemudian mereka menganggap dia pelatih sekarang dan masa depan Milan karena memenangi derbi.”
“(Tapi) Kemudian mereka mempertanyakan Fonseca lagi karena kalah di Liga Champions dan di Fiorentina.”
“Milan tidak salah mengangkat Fonseca, tetapi Milan salah karena mengambil Fonseca ketika Anda memiliki Antonio Conte di depan mata untuk direkrut.”
“Sekarang kalau memecat Fonseca, Anda membuat kesalahan besar karena mereka tidak punya alternatif lagi,” tambahnya, dikutip pialadunia.net dari Tuttomercatoweb.