London – Leicester City terancam turun kasta musim depan. Padahal ingatan saat mereka mengguncang dunia dengan menjuarai Liga Inggris belum sepenuhnya hilang.
Jamie Vardy dkk memang tak selalu berada di papan atas Premier League sejak kembali promosi pada musim 2014-15. Kecuali di musim 2015-16 saat mereka menjadi juara, mereka lebih akrab dengan papan tengah.
Namun sepak terjang mereka tak bisa diremehkan. Berkat kekuatan finansial Aiyawatt Srivaddhanaprabha yang meneruskan jejak mendiang ayahnya, Vichai Srivaddhanaprabha, performa Leicester relatif stabil. Pemain-pemain bagus pun berdatangan.
Mereka juga sempat memenangi Piala FA 2020-21 dengan menekuk Chelsea di final. Musim lalu, mereka menembus semifinal Europa Conference League sebelum disingkirkan AS Roma yang kemudian menjadi juara. Namun di musim ini, performa mereka melorot.
Hingga pekan ke-35, baru delapan kemenangan yang d iraih Leicester di Liga Inggris. Brendan Rodgers yang sudah empat tahun melatih pun terpaksa dicopot dari jabatannya. Dean Smith pun masuk menjadi pengganti, namun situasi belum aman.
Mereka kini berada di posisi 18 klasemen sementara dengan 30 poin, tertinggal dua angka dari Everton yang berada di batas bawah zona aman. Terbaru, mereka baru saja di hantam Fulham 3-5 pada Senin (8/5/2023), setelah tertinggal 0-4 lebih dulu.
Dengan tiga laga tersisa, Leicester wajib memenangkan seluruhnya sambil berharap Everton atau Nottingham Forest yang ada di urutan 17 dan 16 terpeleset. Penampilan buruk di Craven Cottage saat menjadi lumbung gol Fulham tak boleh terulang.
“Kami tak cukup lapar untuk memenangkan laga ini,” ujar bintang Leicester, James Maddison usai laga melawan Fulham, di kutip BBC.
“Ini begitu sulit. Tak ada laga mudah di Premier League, terdengar klise tapi begitulah kebenarannya. Kami akan terus berjuang, kami akan terus mencoba memperbaiki semuanya,” jelas Maddison.
Tiga lawan sisa Leicester tidaklah mudah, yakni melawan Liverpool pada 16 Mei, kemudian Newcastle United pada 23 Mei, dan terakhir West Ham United pada 28 Mei. Mampukah Leicester lolos dari lubang jarum? Atau kejayaan masa lalu hanya tinggal kenangan?