Kontingen Indonesia bertahan di peringkat 30 besar dunia kendati tidak menambah medali setelah syukuran dua medali emas Olimpiade Paris 2024.
Pada Jumat (9/8/2024), Indonesia memang tidak terlibat dalam kompetisi di cabor apa pun.
Namun, tambahan dua medali emas pada sehari sebelumnya membuat peringkat tim Merah Putih masih relatif tinggi.
Dalam pembaruan pada Sabtu (9/8/2024) dini hari waktu Indonesia atau Jumat pukul 19.00 waktu Paris, Indonesia menempati peringkat ke-30.
Indonesia masih mengumpulkan 3 keping medali dengan rincian 2 medali emas dan 1 medali perunggu.
Medali perunggu di sumbangkan oleh Gregoria Mariska Tunjung dari bulu tangkis.
Adapun medali emas di persembahkan Veddriq Leonardo dari panjat tebing dan Rizki Juniansyah dari angkat besi.
Menariknya, peringkat Indonesia rupanya masih lebih tinggi dari Yunani selaku negara asal dari kompetisi olahraga multi-ajang ini.
Status sebagai negara di mana Olimpiade lahir membuat Yunani mendapatkan posisi paling tinggi hingga selalu di sebut pertama dalam defile sejak edisi Amsterdam 1928.
“Di Amsterdam 1928, tradisi delegasi Yunani berbaris paling pertama di perkenalkan karena status mereka sebagai negara pendiri Olimpiade kuno,” demikian penjelasan di laman Olympics.com.
Yunani mengalami penurunan prestasi dengan tak pernah lagi meraih emas sebanyak dua digit angka sejak menjadi tuan rumah edisi pertama Olimpiade modern pada 1896.
Negeri Para Dewa bahkan sempat tak merengkuh satu pun medali pada London 2012 dan Beijing 2008. Adapun di Tokyo 2020, pencapaian mereka adalah 2 emas, 1 perak, dan 1 perunggu.
Kini, saat Indonesia sudah meraih 2 medali emas, Yunani baru mendapat 1 lewat jawara lompat jauh mereka yaitu Miltiadis Tentoglou.
Salah satu kunci keberhasilan Indonesia dalam merebut podium tertinggi adalah adaptasi yang baik dengan Paris yang menjadi tuan rumah.
Hal ini di ungkapkan oleh Veddriq Leonardo yang memecahkan kebuntuan Merah Putih akan raihan emas di Paris 2024.
“Menurut saya di Paris sangat mudah dan sangat cepat untuk beradaptasi,” katanya dalam konferensi pers.
“Memang saya lebih sering kompetisi di Eropa.”
“Kemudian juga suhu dan cuacanya juga mirip-mirip di Indonesia ternyata pada bulan-bulan ini jadi jam tidur dan jam makan juga enggak terlalu berbeda jauh ketika di Indonesia.”
“Apalagi kami udah seminggu sebelum pertandingan sudah sampai di Paris dan kemudian suasana di Village kami dapat makanan yang memang cocok buat lidah Indonesia.”
“Maksudnya itu secara sugesti ya, kalau buat atlet panjat tebing itu sangat di perlukan karena energi yang di keluarkan, di nomor speed kan memang butuh energi yang eksplosif.”
Bagaimana jika rindu dengan suasana rumah? Hadirkan saja di Kota Cinta.
Hal ini yang di alami oleh Rizki Juniansyah. NOC Indonesia dan PB PABSI bekerja sama untuk mendatangkan sang ibunda, Yeni Roaheni Durachim, dari Tanah Air ke Paris.
Tidak lupa di bawakan makanan kesukaan pencetak medali emas pertama dari angkat besi itu yaitu rendang, suwir ayam, dan sambal goreng kentang.
“Kehadiran ibu dan kakak sama sekali tidak jadi beban, malah jadi motivasi dan buat semangat buat bertanding,” ucap Rizki dalam kesempatan yang sama.
“Apalagi sudah di target emas dari awal, jadi membuat saya lebih tenang.”
Indonesia masih memiliki satu perwakilan lagi yang belum bertanding.
Masih dari gelanggang angkat besi, Nurul Akmal akan bersiap untuk perlombaan nomor +81kg di South Arena, Paris, pada Minggu (11/8/2024).
Pertandingan yang di jalani sosok yang akrab di sapa Amel menjadi salah satu rangkaian terakhir jelang upacara penutupan pada hari yang sama.